Al-Habib Husein Bin Abdullah Aidid

"Al-Habib Husein Bin Abdullah Aidid"

elzeno 2 menit baca
Al-Habib Husein Bin Abdullah Aidid

Al Imam Al Alamah Al Arifbillah Husein bin Abdullah bin Hasan bin Ahmad bin Abu bakar Aidid mempunyai keberkahan yang melimpah, keadaannya mastur (tersembunyi), jiwanya bersih, dalam perjalanan hidupnya beliau meninggalkan kenangan yang indah dan beliau seorang yang sangat tinggi derajatnya dengan akhlak yang baik, lembut pergaulannya, mempunyai cahaya batin dan dzahir, Beliau mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi.

Kelahiran, Kehidupan dan Pendidikannya

HABIB Husein bin Abdullah bin Hasan Aidid, dilahirkan di kota Ghurof pada tahun 1308 H.
Tatkala umurnya memcapai 9 tahun, beliau pergi ke tarim bersama ibunya mengunjungi rumah pamannya, Habib Muhammad bin Hasan bin Ahmad Aidid seorang yang mulia, yang mempunyai ilmu sangat luas untuk mengajarkan kepada Habib Husein bin Abdullah Aidid dan tinggal bersamanya selama beberapa tahun. kemudian ibunya meminta ijin kepada paman Habib Husein yaitu Habib Muhammad bin Hasan Aidid untuk membawa putranya ke Kota Sewun untuk menuntut ilmu Kepada Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi dan tinggal di Rubatnya yang mana pada saat itu telah banyak yang datang penuntut ilmu dari penjuru kota dan pamannya merestui, maka jadilah Habib Husein bin Abdullah Aidid sebagai pelajar di Rubat tersebut.
Sebagaimana diketahui, bahwa Rubat, Masjid, dan rumah Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi merupakan tempat tinggal para penuntut ilmu dan ulama. Beliau memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Habib Husein Aidid seperti pelajar yang lain.
Setelah Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi wafat (Tahun 1333 H), saudara dari ibu Habib Husein bin Abdullah Aidid menginginkan Habib Husein Aidid untuk tinggal di Kota Madudah dan Habib Husein menyetujuinya, maka pada tahun 1333 H. Beliau Pergi dari Kota Sewun Ke Kota Madudah dan membangun Masjid serta rumah di tempat tersebut. Kemudian membuka Majelis Ta`lim pada hari Senin untuk umum, pada malam Jumat mengadakan Maulid, dan pada malam Kamis hadroh dengan dihadiri banyak orang. Kota Madudah menjadi manfaat atas kehadirannya.
Al-Habib Mustofa Al Muhdor dalam penulisan tentang diri Habib Husein mengatakan bahwa banyak orang yang mendapat petunjuk darinya dan sebagian ada yang mendapat kerugian karena tidak mengikutinya.
Tahun 1360 H, Habib Husein pindah ke Kota Sewun, disebabkan terjadinya pertentangan antara dua kelompok di kota Madudah. Habib Husein pada saat itu berusaha menengahi pertentangan tersebut dan berusaha mempersatukan diantara mereka, akan tetapi mereka menolaknya sehingga terjadi pertumpahan darah, setelah terjadi pertumpahan darah diantara dua kelompok tersebut, mereka sadar, akhirnya mereka mengikuti apa yang telah dianjurkan oleh Habib Husein.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Hasan Aidid pindah Ke Sewun setelah mendapat isyarat dari Mufti Hadramaut Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf, Begitu juga Habib Mustofa Al Muhdor mengatakan kepadanya melalui orang-orang yang mencintainya, bahwa Habib Husein Lebih baik keluar dari kota Madudah. Kemudian Habib Husein tinggal disebelah barat kota Sewun dan membangun Masjid kecil serta rumah.
Pembacaan Maulid yang biasa diadakan Habib Husein di kota Madudah setiap hari Kamis kedua tiap bulan Rajab dipindakan ke kota Sewun dengan dihadiri banyak orang, para ulama, dan orang-orang ahli kebaikan sampai sepanjang hidupnya, kemudian setelah Habib Husein Wafat diteruskan oleh anaknya.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Hasan Aidid beberapa kali bepergian ke kota Mekah, Madinah, Yaman. Beliau pergi ibadah Haji sebanyak 14 kali dan membangun beberapa Masjid dalam perjalanannya.

Wafat

Al-Habib Husein bin Abdullah bin Hasan Aidid terkena sakit yang ringan sebelum wafatnya pada tahun 1379 H di Wadi Aidid. Jenazah beliau dishalatkan di Masjidnya dan di Imami oleh Habib Muhammad bin Hadi Assegaf yang dihadiri oleh banyak Orang.

Kitab Yang Di Karangnya

  1. Wasoya - 1Jilid
  2. As`ilah `Ilmiyah
  3. Kalam Mantsur - 2 jilid
  4. Diwa'an Syi'ir Jamini
  5. Enam kitab Maulid Nabi Muhammad SAW, satu berbentuk pantun, syair, dua berbentuk prosa, tiga lagi masih berupa tulisan tangan (Kitab rawi maulidnya yang dicetak oleh Himpunan Keluarga Maula Aidid adalah Al`ithhrul afkhori Fii Dzikril Habibi Akbar dan Asshifatul Muhammaddiyah)
  6. Doa dan Wirid Wirid
  7. Khutbah Mimbariyah
  8. Shalawat atas Nabi, yang berjudul Assholat Alfaidiyah Fissholat `Ala Khoiril Bariyyah

(*/Sumber: himpunan-aidid.org)
elzeno
elzeno Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Posting Komentar
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan