Daktsur, Fudholah bin Umair dan Suraqah bin Malik

"Daktsur, Fudholah bin Umair dan Suraqah bin Malik"

elzeno 3 menit baca

Da'tsur

Da'tsur seorang kafir suku baduy berniat membunuh Rasulullah S.A.W. Da’tsur melihat Rasulullah SAW duduk sendirian di bawah pohon kurma. Saat itu beliau tengah istirahat. Segera saja ia menghampiri beliau, menghunus pedang lalu menodongkannya ke leher Rasulullah SAW. “Wahai Muhammad, sekarang engkau sendirian. Siapa yang akan menolongmu?,” gertak Da’tsur. Dengan mantap Rasulullah bersabda, “Allah!” Mendengar kata “Allah”, Da’tsur langsung gemetar, lemas sekujur tubuhnya, hingga pedang yang dihunusnya jatuh. Rasul segera mengambil pedang itu, lalu balik menodongkannya pada Da’tsur, “Sekarang, siapa yang akan menolongmu?,” seru beliau. “Tidak ada wahai Muhammad, kecuali engkau mau menolongku!”

(Jabir mengisahkan) bahwa beliau ikut berperang bersama Rasulullah saw, perang arah Najd (yakni perang Dzatur Riqa’). Saat kepulangan (menuju madinah) Jabir juga ikut mengiringi. Sampailah rombongan di sebuah lembah yang banyak ditumbuhi tanaman, diwaktu siang. Rasul pun singgah, shahabat berpencar berteduh dibawah pepohonan. Rasulullah berteduh di bawah sebatang pohon, beliau gantungkan pedang beliau. Berkata Jabir selanjutnya: “Kami tertidur, tiba-tiba Rasulullah saw menyeru memanggil, kami bergegas memenuhi seruannya. Ternyata seorang Badui terduduk di sisi beliau. Rasul berkata: “Orang ini telah mengambil pedangku. Begitu aku bangun pedang telah ditangannya terhunus dihadapanku. Berkata sang Badui: Siapa yang akan membelamu dariku wahai Muhammad ? Aku jawab: Allah ! Pedang pun terjatuh, dan ia terduduk.! Rasulullah tidak membalasnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Fudholah bin Umair

Fudholah bin Umair hendak membunuh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Dia mengambil peluang ketika Baginda sedang tawaf di Ka'bah. Hampir sahaja dia berpeluang mengangkat senjatanya, dia terkejut kerana Baginda memandangnya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya sambil tersenyum: "Apa yang kamu sedang bicarakan di dalam hatimu wahai Fudholah?." Fudholah segera menjawab: "Eh, tak de apa² wahai Rasulullah. Saya sedang berzikir kepada Allah & sedang melakukan tawaf." Rasulullah diam & meneruskan tawafnya. Fudholah pun mengikuti di belakang Baginda dari jarak dekat dengan tujuan asalnya yaitu MAU MEMBUNUH BAGINDA صلى الله عليه وسلم.

Soalan & jawaban yang sama ini berlaku 3 kali. Masuk kali ke 3, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menoleh kepada Fudholah dengan senyuman lagi & meletakkan tangannya yang mulia itu di atas dada Fudholah yang dipenuhi dengan kebencian & api kemarahan yang meluap². Fudholah berkata: "Demi Allah di saat Rasulullah meletakkan tangannya di atas dadaku, tidak ada manusia yang PALING aku benci di atas muka bumi ini melebihi dirinya. Namun setelah tangan itu diangkat dari dadaku, tidak ada manusia yang PALING AKU CINTAI di atas muka bumi ini melebihi dirinya."

Suroqoh bin Malik

Suraqah bin Malik al-Madlaji seorang pemuda yang sangat tertarik merebut hadiah besar memenangkan sayembara membunuh Rasulullah SAW. Dia memacu kudanya sekencang-kencangnya dan dalam benaknya terbayang seratus ekor unta akan berada dalam genggamannya. Suraqah bin Malik terkenal sebagai penunggang kuda yang cetakan. Perawakannya tinggi besar, pandangan matanya tajam. Pantas ia menjadi pencari jejak yang andal dan tidak ada jalan yang sulit baginya, apalagi kudanya tangkas dan terlatih baik. Tanpa diduga, tiba-tiba kaki kudanya tersandung. Tanpa mempedulikan rasa sakit, ia melompat lagi ke punggung kudanya, dan langsung menghelanya. Baru beberapa tombak, kudanya tersandung lagi. Suraqah semakin kesal sekaligus heran karena belum pernah ia mengalami kejadian seperti ini. Sempat terbesit di hatinya, ingin kembali saja ke kampungnya. Tapi ambisinya untuk memiliki seratus ekor unta membakar semangatnya untuk memacu lagi kudanya.

Tiba-tiba dada Suraqah berdesir. Kegembiraan yang luar biasa meluap dalam hatinya. Tidak begitu jauh di depan, ia melihat tiga orang sedang berjalan. Ia yakin mereka adalah objek buruannya. Pelan-pelan ia mendakat. Dan dalam jarak yang sangat dekat, tangannya bergerak mengambil busur. Aneh, tiba-tiba tangannya menjadi kaku, sedikitpun tak dapat digerakkan. Kaki kudanya terbenam pasir. Debu-debu berterbangan di sekitarnya, membuat matanya kelilipan dan tak dapat melihat. Dicobanya menggertak kuda tetapi sia-sia saja. Kaki kudanya lekat di bumi bagai dipaku. Dalam keadaan panik, Suraqah akhirnya berteriak, "Hai, berdo'alah kepada Tuhan kalian, supaya Dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian!" Rasulullah menoleh, tersenyum, dan berdo'a. Sungguh menakjubkan, kaki kuda Suraqah terbebas dari jepitan pasir. Suraqah merasa heran dan kagum.

Namun rasa tamak sudah menguasai dirinya. Melupakan janjinya, secara tiba-tiba ia maju menerjang Rasulullah. Malang baginya, kaki kudanya terperosok lagi, bahkan lebih parah dari semula. Rasa takut menggentarkan hati Suraqah. Ia segera memohon belas kasihan kepada Rasulullah. "Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji, demi Allah, tidak akan mengganggu kalian lagi," ucap Suraqah. "Kami tidak butuh hartamu. Jika kamu menyuruh kembali setiap orang yang hendak mengejar kami, itu sudah cukup bagi kami," jawab Rasulullah saw. Rasulullah lantas berdo'a, dan bebaslah Suraqah dan kudanya. "Demi Tuhan, saya tidak akan mengganggu tuan-tuan lagi. Aku akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian sesudahku nanti," janji Suraqah seraya beranjak kembali.
elzeno
elzeno Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Posting Komentar
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan