Ibnu Abi Hatim Putra Abu Hatim ar-Razi

"Ibnu Abi Hatim Putra dari Abu Hatim ar-Razi"

elzeno 2 menit baca
Ibnu Abi Hatim Putra dari Abu Hatim ar-Razi
Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud bin Mihran al-Hanzhali al-Ghathfani (Arab: محمد بن إدريس بن المنذر بن داود بن مهران، الحنظلي الغطفاني) atau lebih dikenal dengan Abu Hatim ar-Razi (lahir di Ray 195 H wafat di Ray 277 H), keturunan Tamim bin Hanzhalah bin Yarbu'. Beliau mulai menulis hadis pada tahun 209 H, ketika itu umurnya masih 14 tahun, ia pergi untuk menuntut ilmu saat ia masih kecil, ia pergi ke Kufah, Basrah, Bagdad, Damaskus, Homs dan Mesir dengan berjalan kaki. Beliau dikenal dengan al-Hanzhali karena ia tinggal di jalan raya Hanzhalah, di kota Ray.

Ia mendapatkan riwayat hadis dari: Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Utsman bin al-Haitsam, Affan bin Muslim, Abu Nu'aim Ubaidilah bin Musa, Adam bin Abi Iyyas, Abu al-Yaman, Sa'id bin Abi Maryam, Abu Mashar, Abu Nu’aim al-Fadl bin Dukain, Zuhair bin ‘Abbad, Yahya bin Bukair, Tsabit bin Muhammad az-Zahid, ‘Abdullah bin Salih al-’Ijli, ‘Abdullah bin Sâlih al-Kâtib, Qabisah

Ia meriwayatkan hadis kepada: Abu Daud, An-Nasa'i, Anaknya, Ibnu Abi Hatim, Abadah bin Sulaiman al-Marwazi, Ar-Rabi' bin Sulaiman al-Muradi, Yunus bin Abdul A'la, Muhammad bin 'Auf ath-Tha`i, Abu Zur'ah ar-Razi, Muhammad bin Harun, Abu 'Awwanah al-Isfaraini, Ibnu Abi ad-Dunya, Abu Zur'ah ad-Dimasyqi, Abu 'Amru bin Hakim, Musa bin Ishaq al-Anshari, Abul-Hasan al-Qattân, Abū Bishr ad-Dūlâbî

Putranya Ibnu Abi Hatim bernama asli Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad Abi Hatim bin Idris bin Mundzir bin Dawud bin Mihran bin Al-Handhali Ar-Razi. Lahir di Rayy pada tahun 240 H. yang bertepatan dengan tahun 854 M. dan wafat pada 327 H. bertepatan dengan 938 M. Dia tumbuh dan berkembang di bawah asuhan langsung sang ayah, Abu Hatim (195 H. - 277 H./811 M. - 890 M.), yang merupakan tokoh besar Islam di masanya, terutama dalam bidang hadits dia disebut sebagai seorang hafidh besar (bahasa Arab: الحافظ الكبير).

Ibnu Abi Hatim adalah seorang ahli hadits yang telah mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengkaji hadits Nabi; melakukan perjalanan mencari hadits (bahasa Arab: رحلة) ke berbagai negeri kawasan Islam, melakukan kritik terhadap sanad hadits yang didapatkan, dan banyak menulis karya penting dalam bidang tersebut; termasuk pula dalam bidang lainnya, seperti bidang tafsir, fikih, ushul fikih dan sebagainya. Karena kontribusinya yang demikian besar terhadap Islam, terutama dalam bidang hadits, beserta integritasnya yang tinggi, para ulama memberikan banyak gelar kehormatan terhadap dirinya, antara lain: Al-Imam (seorang imam, panutan), An-Naqid (seorang kritikus), dan sebagainya.

Setelah menyelesaikan kejiannya terhadap Al-Qur'an, Ibnu Abi Hatim Ar-Razi mulai melakukan upaya mengumpulkan hadits dari para ulama yang tinggal di tanah airnya, Rayy, seperti pada ayahnya sendiri, Abu Zur'ah, dan Ibnu Warah; maupun ulama yang luar yang singgah di daerah tersebut, yang pada waktu itu, kawasan Rayy merupakan pusat kesarjanaan hadits. Selain itu, pada tahun 255 H./868 M. atau bertepatan dengan usianya yang ke 15 tahun, dia melakukan ibadah haji bersama sang ayah, yang dilanjutkan kemudian dengan melakukan kunjungan ke Baghdad, Samara, Damaskus, Wasith dan Kufah dalam rangka mengumpulkan hadits, dan sempat berguru kepada Abdullah (213 H. - 290/828 M./903 M.), putra Imam Ahmad bin Hambal; berguru kepada Abbas bin Muhammad Ad-Duri (200 H. - 271 H./816 M. - 884); juga bergeuru kepada Utsman bin Sa'id Ad-Darimi (200 H. - 282 H./816 M. - 895 M.); dan lain-lain.

Pada tahun 262 H. atau yang bertepatan dengan 875 M. Ibnu Abi Hatim berkunjung ke Mesir dan Syiria; dia berguru kepada Ar-Rabi' bin Sulaiman, salah seorang ulama yang memiliki reputasi penting dalam menyebarkan paham fikih Imam Syafi'i; berguru kepada Muhammad bin Abdillah bin Al-Hakam (182 H. - 268 H./799 M. - 882 M.); dan lain-lain. Berikutnya pada tahun 264 H./877 M. dia kembali melakukan perjalanan melakukan pengumpulan hadits menuju Isfahan, dan berguru kepada Shalih, putra Imam Ahmad bin Hambal; berguru juga kepada Yunus bin Habib Al-Isfahani dan Ibnu Ashim; sebalum kemudian dia kembali ke Rayy dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Ibnu Abi Hatim termasuk pribadi yang produktif; berikut beberapa karya tulisnya: Bayan Khatha' Muhamad ibnu Ismai'il Al-Bukhari fit Tarikh; 'Ilalul Hadits; Kitabul Jarh wat Ta'dil; Taqdimatul Ma'rifah lil Jarh wat Ta'dil; Ashlus Sunnah; Kitab Fadla'ilu Ahlil Bait; Kitabu Fawa'idur Raziyyin; Kitab Fawa'idul Kabir; Kitab Ar-Raddu 'alal Jahmiyah; Kitabut Tafsir; Tswabul A'mal; Zuhduts Tsamaniyah minat Tabi'in; Adabusy Syafi'i wa Manaqibuh; Kitab Makkah; dan, Manaqibu Ahmad.
elzeno
elzeno Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Posting Komentar
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan