Ringkasan Situs Kami Disini... BACA!

Biografi dan Kisah Nabi Uzair Dijuluki Anak Alloh Tertidur 100 Tahun dan Dihidupkan Kembali

Kisah Legenda Nabi Uzair AS (Ezra AS) Yang Tertidur Selama 100 Tahun dan Mengapa Dijuluki Anak Alloh?
Biografi dan Kisah Nabi Uzair AS (Ezra AS) Yang Tertidur Selama 100 Tahun
Biografi dan Kisah Nabi Uzair AS (Ezra AS) Yang Tertidur Selama 100 Tahun

Nabi Uzair AS atau Ezra AS adalah seorang hamba Alloh yang hidup pada zaman antara Nabi Sholeh AS dan Nabi Ibrohim AS yaitu sekitar 5000 sampai 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS. Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rosul utusan Alloh SWT, salah satu diantara 313 Nabi Rosul utusan Alloh.

Siapakah Nabi Uzair?

Dalam Al-Qur'an tertulis kisah seorang nabi yang pernah ditidurkan selama 100 tahun lamanya lalu dibangkitkan kembali oleh Alloh SWT. Nabi tersebut ialah Nabi Uzair AS.

Kisah Nabi Uzair AS tercantum dalam Al-Qur'an suroh At Taubah ayat 30-31:

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ࣙابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ ۝٣٠

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ۝٣١

(30) Wa qoolatil yahuudu nguzairu nibnulloohi wa qoolatin nashoorol masiihubnullooh, dzaalika qouluhum bi-afwaahihim, yudloohi-uuna qoulal ladziina kafaruu ming qabl, qootalahumullooh, annaa yu'fakuun.
(31) Ittakhodzuu ahbaarohum wa ruhbaanahum arbaabam min duunillaahi wal masiihabna maryam, wa maa umiruu illaa liya'buduu ilaahaw waahidaa, laa ilaaha illaa huw, sub-haanahuu ngammaa yusyrikuun.

(30) Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Alloh,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Alloh.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Alloh melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.
(31) Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rohib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Alloh serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Biografi Nabi Uzair as

Namanya adalah 'Uzair (عُزَيْر), tetapi para Ulama sejarah berselisih pendapat siapa nama bapak beliau. Ada yang mengatakan: Jarwah, Suriq, Saroya atau Sarukh. Beliau berasal dari keturunan al-Lawiyin. Beliau adalah keturunan Bani Isroil.

Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan nama 'Izro (عزرا). Adapun penduduk Yahudi Madinah menyebutnya dengan 'Uzair, karena penyebutan seperti itu lebih menunjukkan kecintaan mereka dalam penyebutan namanya atau penyebutan tersebut hanya penyerupaan dalam bahasa Arab.[1]

Apakah Beliau Seorang Nabi?

Ibnu 'Abbas Rodhiyallohu anhuma mengatakan, “Saya tidak tahu apakah dia adalah seorang nabi atau bukan.”

Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan, “Yang masyhur, 'Uzair adalah seorang Nabi dari Nabi-nabi Bani Isroil. Beliau hidup di antara zaman Dawud-Sulaiman dan zaman Zakariya-Yahya.”[2]

Wallohu A'lam.

Keistimewaan Nabi Uzair as

Dari kisah beliau yang akan disebutkan, keistimewaan yang dimiliki oleh ‘Uzair tidak mungkin hanya dimiliki oleh seorang sholih biasa. Dan terdapat kabar yang masyhur dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Bani Isroil dipimpin oleh seorang Nabi di setiap zamannya. Ketika meninggal seorang Nabi, maka akan digantikan dengan Nabi yang lain.

إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ تَسُوسُهُمْ أَنْبِيَاؤُهُمْ، كُلَّمَا ذَهَبَ نَبِيٌّ خَلَفَ نَبِيٌّ

Sesungguhnya Bani Isroil dulu dipimpin oleh para Nabi. Jika satu nabi meninggal, maka digantikan dengan nabi yang lain.[3]

Beliau hafal seluruh isi Taurat dimana pada saat itu tidak ada seorang pun yang menghafalnya. Beliau mengajarkannya kepada Bani Isroil dan membimbing mereka dengan Taurat.

Kapan Beliau Hidup dan Dimana?

Beliau hidup diperkirakan sekitar tahun 451 SM. Pada saat itu, Kursy (كورش) Raja Persia yang berada di Babil membebaskan para tawanan dari Bani Israil. Di antara tawanan tersebut adalah ‘Uzair.

Beliau diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Haikal (rumah ibadah orang Yahudi).[4]

Keheranan Bani Isroil Terhadap Uzair

Ada banyak versi yang disebutkan Ulama tafsir dan sejarah tentang sejarah ‘Uzair menuliskan atau mendiktekan Taurat kepada Bani Isroil dan bagaimana beliau bisa melakukan hal tersebut. Perbedaan ini terjadi karena tidak validnya sumber yang didapatkan dari kabar-kabar Bani Isroil. Mereka menukil cerita tanpa sanad (jalur periwayatan). Berikut ini adalah beberapa versi tentang hal tersebut:

  1. Versi 1

    Dulu Ayah ‘Uzair yang bernama Sarukh, telah mengubur Taurat di zaman penyerangan Bukhtu Nashshar di suatu tempat yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali ‘Uzair. Mereka dan ‘Uzair pun pergi ke tempat tersebut, kemudian mengeluarkan Taurat. Ternyata, Taurat tersebut rusak dan tidak bisa dibaca lagi. Kemudian mereka pun duduk di bawah pohon, kemudian mereka menulis ulang Taurat. Dan turunlah dari langit dua kilatan dan masuk ke dalam mulut ‘Uzair. Kemudian beliau pun mengingat Taurat dan memperbarui tulisannya Taurat.[5]

  2. Versi 2

    Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohun anhuma berkata, “... Kemudian ‘Uzair berdoa kepada Alloh Azza wa Jalla dan bersungguh-sungguh dalam berdoa agar Alloh Azza wa Jalla mengembalikan hafalan yang telah dihilangkan dari dada-dada mereka. Ketika beliau sholat dengan khusyu’ kepada Alloh Azza wa Jalla, turunlah cahaya dari langit kemudian masuk ke dalam mulutnya. Kemudian Taurat kembali kepada beliau. Lalu beliau mengumumkan kepada kaumnya dan berkata, ‘Wahai kaumku! Sesungguhnya Alloh telah memberikan kepadaku Taurat dan telah mengembalikannya kepadaku... Kemudian mereka pun seperti itu sampai waktu yang dikehendaki Alloh Azza wa Jalla. Kemudian Tabut diturunkan setelah beliau wafat. Ketika mereka melihat Tabut dan ternyata Taurat yang diajarkan oleh ‘Uzair seperti yang tertera di dalam Tabut tersebut.[6]

  3. Versi 3

    Uzair bertemu dengan seorang yang tua. Kemudian orang tua tersebut mengatakan, “Bukalah mulutmu!” Lalu orang tua tersebut melemparkan ke dalam mulutnya sesuatu seperti batu sebanyak tiga kali. ‘Uzair kembali kepada kaummnya dan dia menjadi orang yang paling berilmu tentang Taurat... Kemudian ‘Uzair menuliskan Taurat dengan tangannya. Ketika Bani Isroil kembali dari peperangan dan para Ulama Bani Isroil pun kembali, mereka pun menceritakan tentang ‘Uzair. Mereka pun mengeluarkan buku yang mereka simpan di gunung. Kemudian mereka membandingkannya. Ternyata yang mereka dapatkan adalah benar.[7]

Dan masih ada beberapa versi lainnya, akan tetapi, secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘Uzair memang dulunya adalah seorang penghafal Taurat. Setelah beliau diwafatkan kemudian dihidupkan kembali, beliau tidak mengingat seluruhnya, kemudian beliau meminta kepada Alloh agar hafalannya dikembalikan oleh Alloh Azza wa Jalla . Alloh Azza wa Jalla mengabulkan permohonannya dan mengembalikan hafalannya. Kemudian ditulislah Taurat dengan hafalan ‘Uzair. Setelah itu terjadi pembandingan hafalan ‘Uzair dengan kitab Taurat dan ternyata hafalan ‘Uzair sama persis dengan yang terdapat pada Taurat.

Mengapa Beliau Disebut Sebagai Anak Alloh?

Dengan berlalunya waktu, sebagian orang awam Yahudi terheran-heran dengan kisah ‘Uzair, bagaimana mungkin beliau dihidupkan setelah wafat selama 100 tahun dan bagaimana bisa dia menghafal seluruh isi Taurat tanpa salah sedikit pun. Nabi Musa pun tidak memiliki kemampuan seperti itu. Nabi Musa hanya diberikan Taurat yang telah ditulis dalam sebuah kitab dan mengajarkannya.

Mereka menyangka ini tidak mungkin terjadi jika ‘Uzair hanyalah sekedar seorang Nabi. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Alloh.

Sebenarnya tidak semua orang Yahudi menyatakan bahwa beliau adalah anak Alloh. Hanya sebagian aliran Yahudi saja yang mengatakannya. Akan tetapi, dikabarkan pada ayat ini seolah-olah ini adalah akidah Yahudi. Alloh Azza wa Jalla memutlakkan mereka dalam ayat ini karena aliran yang tidak mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Alloh, berdiam diri dan tidak mengingkari hal tersebut.[8]

Kesesatan Orang Yahudi dalam Masalah Ini

Tentu saja akidah yang mengatakan bahwa Alloh Azza wa Jalla memiliki anak adalah akidah yang sangat sesat. Begitu pula akidah yang mengatakan bahwa semua agama sama.

Alloh Azza wa Jalla sendiri menyatakan dalam al-Qur’an bahwa Alloh tidak memiliki anak. Alloh Azza wa Jalla berfirman:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Alloh tidak beranak dan tidak diperanakkan [Al-Ikhlash (112): 3]

Alloh Azza wa Jalla sangat marah kepada orang-orang yang mengatakan bahwa Alloh Azza wa Jalla memiliki anak. Alloh Azza wa Jalla berfirman:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدً ﴿٩١﴾ا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾ إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا ﴿٩٣﴾ لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا ﴿٩٤﴾ وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

Dan mereka berkata, “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi belah dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan bahwa Alloh yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Robb yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Robb yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. Sesungguhnya Alloh telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Alloh pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. [Maryam (19): 88-95]

Awal Mula Nabi Uzair AS Ditidurkan Selama 100 Tahun

Kisah Nabi Uzair AS bermula saat ia tengah menyusur sebuah desa dengan keledai yang ditumpanginya. Lalu Nabi Uzair AS tersesat dan tiba disebuah perkampungan dengan kehancuran di dalamnya.

Di perkampungan tersebut ditemukan banyak bangkai manusia hingga tulang belulang berserakan di mana-mana serta reruntuhan rumah yang telah menyatu dengan tanah. Ia pun bertanya dalam hati mengenai bagaimana Allah SWT dapat kembali menghidupkan semua makhluk hidup yang sudah berhamburan di tanah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an,

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا

"Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, "Bagaimana Alloh menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?..." (QS. Al Baqoroh: 259)

Malaikat Izroil pun diutus oleh Alloh SWT untuk menjawab keingintahuan Nabi Uzair AS. Malaikat Izroil sebagai malaikat pencabut nyawa pun langsung mencabut nyawa Nabi Uzair AS dan ia pun tertidur selama 100 tahun lamanya.

Berselang 100 tahun kemudian, Alloh SWT kemudian menghidupkan Nabi Uzair AS. Saat itulah Nabi Uzair AS mendapatkan mukjizat untuk melihat kekuasaan Alloh SWT dalam mengatur segala kematian dan kehidupan di dunia ini. Alloh SWT berfirman,

فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ

"...Lalu Alloh mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Alloh) bertanya, "Berapa lama engkau tinggal (di sini)?" Dia (orang itu) menjawab, "Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari." Alloh berfirman, "Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia..." (QS. Al Baqoroh: 259)

Setelah Nabi Uzair AS terbangun dari tidurnya, ia pun menyadari bahwa keledai yang dimilikinya telah wafat dan menyatu dengan tanah. Tapi, Alloh SWT mengutus kembali malaikat untuk menghidupkannya. Alloh SWT berfirman,

وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا

"Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." (QS. Al Baqoroh: 259)

Dikutip dari buku Ensiklopedia Al-Quran dan Hadis Per Tema karya Alita Aksara Media, Nabi Uzair AS dikenal sebagai penghafal Kitab Taurat yang diturunkan oleh Nabi Musa AS semasa hidupnya. Oleh karena itulah Nabi Uzair dapat kembali bertemu dengan anak-anaknya yang telah lanjut usia setelah ia terbangun dari tidurnya yang panjang.

Nabi Uzair AS sempat diuji pengetahuannya mengenai Kitab Taurat oleh seorang nenek tua yang mengetahui keberadannya. Hal inilah yang membuktikan kepada nenek tua tersebut bahwa dirinya merupakan Nabi Uzair AS.


Demikianlah beberapa penjelasan ringkas tentang ‘Uzair. Mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai pelajaran, sehingga kita tidak tersesat seperti Yahudi dan Nashrani.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Aisarut Tafasir li kalam ‘Aliyil Kabir. Jabir bin Musa Al-Jazairi. Al-Madinah: Maktabah Al-‘Ulum wal-hikam.
  • Al-Bidayah wan-Nihayah. Isma-il bin ‘Umar bin Katsir. 1408 H/1988. Beirut: Dar Ihyait Turats Al-‘Arabi.
  • At-Tahrir wa At-Tanwir. Muhammad Ath-Thahir bin ‘Asyur. 1997. Tunisia: Dar Sahnun.
  • Ma’alimut tanzil. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
  • Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Isma’il bin ‘Umar bin Katsir. 1420 H/1999 M. Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
  • Taisir Al-Karim Ar-Rahman. Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Beirut: Muassasah Ar-Risalah.

[1] At-Tahrir wat-Tanwir X/69.

[2] Al-Bidayah wan Nihayah II/51 dan II/54.

[3] HR Abu Ya’la dalam Musnad-nya no. 6211 dan Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil-Atsar no. 136. Syaikh Husain Salim Asad mengatakan, “Isnad-nya shohih.”

[4] At-Tahrir wat-Tanwir X/69.

[5] Idem.

[6] Ma’alimut Tanzil IV/37.

[7] Tafsir Ibni Katsir IV/136.

[8] Lihat At-Tahrir wat-Tanwir X/69.

Posting Komentar

Persetujuan Cookie
Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi Anda, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Silakan sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Terdeteksi!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan plugin pemblokiran iklan di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami meminta Anda untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih di plugin pemblokiran iklan Anda.