Pengertian Rukun Islam
Tidak diragukan lagi sebagian besar kita sudah tidak asing lagi dengan rukun Islam yang lima. Dalam kesempatan kali ini akan dibahas secara panjang-lebar mengenai hadits yang menjadi dalil dari rukun Islam tersebut
Pembaca yang budiman, tentu tidak diragukan lagi sebagian besar kita sudah tidak asing lagi dengan rukun Islam yang lima. Dalam kesempatan kali ini akan dibahas secara panjang-lebar mengenai hadits yang menjadi dalil dari rukun Islam tersebut. Yaitu hadits berikut,
Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits yang panjang yang disebut hadits Jibril, malaikat Jibril bertanya kepada Nabi tentang Islam,
يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا ”
“Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam ” Rasulullah menjawab,”Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” [HR Muslim]
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim;
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال : سمعت النبي صلَّى الله عليه وسلَّم يقول : بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَحَجِّ الْبَيْتِ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ .رواه البخاري ومسلم.
Dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma-, katanya, “Aku mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan’”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Lima Rukun Islam
- Menyucapkan Dua Kalimah Syahadat
- Mendirikan Sholat Fardhu
- Memberikan Zakat
- Puasa Ramadhan
- Haji bagi yang mampu
Biografi Shahabat Perawi
Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab bin Nufail Al-Qurasyi Al-‘Adawi (10 SH-73 H/613-692 H). Sedangkan ibunya bernama Zainab binti Mazh’un Al-Jumahiyyah. Ibnu ‘Umar, sapaan akrabnya, memeluk Islam saat usianya belum baligh bersamaan dengan ayahnya. Kemudian beliau berhijrah ke Madinah. Pernah beberapa kali menawarkan diri pada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar diizinkan mengikuti pertempuran Badar dan Uhud, namun beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menganggapnya masih terlalu belia. Baru ketika akan diadakan pertempuran Khandaq, beliau mengabulkan permintaannya. Pada saat itu umurnya baru menginjak 15 tahun.
Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda (HR Al-Bukhari) tentang Ibnu ‘Umar, “Sebaik-baik lelaki adalah ‘Abdullah, seandainya ia mengerjakan shalat malam”. Sejak itu Ibnu ‘Umar tidak pernah tidur malam kecuali sebentar.
Ibnu ‘Umar terkenal dengan komitmennya mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sampai-sampai beliau selalu singgah di tempat yang pernah disinggahi RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam dan melakukan shalat di tempat tersebut.
Di antara sekian kisah hidup Ibnu ‘Umar yang menggambarkan kemuliaannyan adalah sebagaimana kisah yang diriwayatkan ‘Abdurrazzaq, Ma’mar bercerita pada kami, dari Az-Zuhri, dari Salim, katanya, “Ibnu ‘Umar sama sekali tidak pernah memurkai pembantu kecuali sekali, namun kemudian beliau membebaskannya” (Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah no. 4852 dan Usud Al-Ghabah fi Ma’rifah Ash-Shahabah no. 3082)
Oleh para ulama pakar hadits, Ibnu ‘Umar dimasukkan dalam kategori ‘Abadilah. Asalnya bermakna shahabat-shahabat yang bernama ‘Abdullah yang mereka mencapai 300. Namun yang dimaksud di sini hanya 4 shahabat yang masing-masing bernama ‘Abdullah. Adapun tiga shahabat lainnya ialah ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash, dan ‘Abdullah bin Az-Zubair. Yang menjadi keistimewaan mereka adalah mereka termasuk kalangan ulama shahabat dan mereka termasuk para shahabat yang wafatnya terakhir sehingga ilmu mereka sangat dibutuhkan. Maka apabila mereka sepakat dalam satu permasalahan, akan dikatakan, “Ini menurut pendapat ‘Abadilah.” (Taisir Mushthalah Al-Hadits hlm. 245 oleh Mahmud Ath-Thahhan).
Beliau juga dikenal sebagai orang kedua yang paling banyak meriwayatkan hadits, yaitu sebanyak 2630 buah hadits. Peringkat pertama diduduki Abu Hurairah sebanyak 5374 buah hadits. (Manhaj Dzawi An-Nazhar oleh M. Mahfuzh bin ‘Abdullah At-Tarmasi)
Ulasan Hadits
Di antara metode mengajar yang biasa dipraktekkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallamialah membuat perumpamaan untuk sesuatu yang apstrak dengan perkara yang dapat dicerna oleh panca indra. Salah satu prakteknya terdapat dalam hadits yang tengah kita selami. Di sini beliau ﷺ mengumpamakan rukun-rukun Islam dengan pondasi bangunan yang menjadi penopang bangunan di atasnya. Muhammad bin Nashr Al-Marwazi dalam KitabAsh-Shalah meriwayatkan hadits di atas dengan redaksi berikut, “Islam dibangun berdasarkan lima penopang…”, sebagaimana diketahui bersama, bahwa sebuah bangunan yang kokoh bermula dari pondasi kokoh yang menopang bangunan di atasnya. Semakin kokoh pondasi tersebut, bangunan pun akan semakin kokoh dan kuat pula. Sebaliknya, manakala pondasinya tidak sempurna, maka yang akan terjadi justru robohnya bangunan itu, cepat atau lambat.
Rukun-rukun Islam juga bisa diumpamakan dengan akar pohon. Ketika akar sebuah pohon mengakar kuat dan dalam ke bumi, dapatlah dijamin bagaimana kokohnya pohon yang menjulang ke atas meski sangat tinggi. Berbeda ceritanya jika akarnya tidak mengakar dalam, walaupun pohonnya tidak begitu tinggi namun jika akarnya saja tidak kokoh, tentu pohon tersebut akan mudah roboh diterjang oleh angin.
Baca juga :