Al-Yasa (Arab: اليسع, Al Kitab: Elisa, Eliseus) (sekitar 885-795 SM) adalah seorang nabi yang tertera dalam Al-Qur'an dan juga dianggap nabi oleh umat Yahudi dan Kristen. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 830 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia wafat di Palestina dan namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Qur'an, yaitu pada surah al-An'am dan surah Shaad.
“...dan Ismail, Al-Yasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),” (Al-An'am 6:86)
“...dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (Shaad 38:48)
Genealogi
Al-Yasa' adalah anak dari Safet dan penerus Nabi Ilyas. Sedangkan menurut Ibnu Katsir, ia menuliskan silsilah Al-Yasa melalui ayahnya yang bernama Ukhtub, sampai kepada keturunan Harun.
Kisah Al-Yasa'
Al-Yasa' adalah nabi selanjutnya untuk bangsa Israel. Dia menghadapi sikap penyangkalan Raja dan Ratu Israel terhadap agama sepeninggal Ilyas. Al-Yasa' menunjukkan banyak mukjizat untuk menunjukkan kekuasaan Allah, tetapi mereka malah menyebutnya tukang sihir, sama seperti ketika mereka menyebut Nabi Ilyas sebelumnya. Mereka terus membangkang sepanjang hidup Al-Yasa'. Setelah beberapa lama, bangsa Israel ditaklukkan oleh Bangsa Assyria, kemudian bangsa ini menghancurkan Kuil Gunung dan menyebabkan kerusakan parah di Syam.
Nama Al-Yasa disebut dalam kisah Nabi Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar oleh kaumnya dan bersembunyi di rumah Al-Yasa. Maka besar kemungkinan Al-Yasa juga tinggal di seputar lembah sungai Jordan.
Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Al-Yasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit kemudian Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Al-Yasa pun menjadi anak angkat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Al-Yasa melanjutkan tugas kenabian tersebut begitu Ilyas meninggal. Al-Yasa melanjutkan misi ayah angkatnya, agar kaumnya kembali taat kepada ajaran Allah.
Al-Yasa' kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Al-Yasa', dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.