Tugas Malaikat Isrofil

"Tugas Malaikat Israfil, Sang Peniup Sangkakala"

elzeno 1 menit baca
Tugas Malaikat Israfil, Sang Peniup Sangkakala

Di antara para malaikat yang disebutkan namanya dalam Al-Quran adalah malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala sebagai penanda Hari Kiamat.

Hal ini tergambar dalam surah Az-Zumar ayat 68 sebagai berikut:
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [putusannya masing-masing]," (QS. Az-Zumar [39]: 68).

Pada Hari Kiamat nanti, Malaikat Israfil akan meniup sangkakala kiamat sebanyak dua kali. Ketika sangkakala pertama ditiupkan, semua makhluk yang ada di alam semesta akan musnah, kecuali yang dikehendaki Allah SWT untuk tidak mati.

Kemudian, sangkakala kedua ditiupkan yang merupakan tanda kebangkitan semua makhluk, serta dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk diminta pertanggungjawaban atas semua perilakunya di dunia.

Pertanyaan selanjutnya, sementara malaikat lain sibuk dengan tugas-tugas mereka, apakah yang dilakukan malaikat Israfil sebelum Hari Kiamat? Hal ini pernah disinggung oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya sebagai berikut.
“Bagaimana aku dapat bersenang senang sedangkan malaikat yang ditugaskan meniup sangkakala telah meletakkan sangkakala pada mulutnya dan mengernyitkan dahinya siap melakukan tiupan sambil menunggu perintah." Sahabat yang hadir berkata: 'Wahai Rasulullah, apa yg harus kami ucapkan?' Rasulullah bersabda: 'Ucapkanlah: hasbunalloh wani’mal wakiil, ‘alallahi tawakkalnaa'," (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)

Hadis di atas menjelaskan bahwasanya saat ini, malaikat Israfil sudah meletakkan sangkakala di mulutnya, siap untuk meniup sangkakala sebagai tanda Hari Kiamat.

Malaikat Israfil tinggal menunggu perintah Allah kapan Hari Kiamat ditetapkan. Sebab, tidak ada makhluk di semesta ini yang mengetahui kapan Hari Kiamat kecuali Allah SWT.
elzeno
elzeno Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Posting Komentar
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan