Biografi dan Sejarah Singkat Fatimah Az-Zahra

"Biografi dan Kisah Kehidupan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra Putri Rosululloh SAW"

elzeno 6 menit baca
Biografi Fatimah Az-Zahra
Biografi Fatimah Az-Zahra

Fatimah sa (bahasa Arab: فاطمة سلام الله عليها) yang terkenal dengan Fatimah az-Zahra adalah putri Nabi Muhammad saw dari Khadijah al-Kubra sa dan istri Imam Ali as serta salah seorang dari lima orang yang termasuk dalam Ashabul Kisa’. Muslimin juga meyakini bahwa Fathimah adalah Wanita suci bahkan Nabi saw menyebutnya sebagai Pemimpin para wanita dari Hawa hingga akhir zaman. Sebagian Muslimin menempatkan Fathimah sebagai salah seorang dari Empat Belas Manusia Suci. Imam Kedua dan Imam Ketiga Syiah serta Zainab sa adalah anak-anaknya. Al-Zahra, al-Batul dan Sayidatu Nisa al-Alamin (penghulu kaum wanita di semesta alam) termasuk dari julukannya. Dan Ummu Abiha (ibu dari ayahnya) termasuk dari gelarnya. Fatimah sa, satu-satunya perempuan yang hadir bersama Rasulullah saw pada hari Mubahalah di hadapan kaum kristen Najran.

Fathimah as adalah wanita byang memiliki keteguhan dalam keyakinannya. Beliau percaya bahwa Ali adalah pewaris sah dari khilafah Rasulullah. kerena itu sepanjang hidupnya melakukan pembelaan terhadap kekhalifahan Imam Ali as, ia menyampaikan sebuah Khotbah yang dikenal dengan Khotbah Fadakiyah, yang secara tegas menjelaskan kedudukan khusus Ahlulbait Nabi dan hak-haknya. Tak lama setelah Nabi saw wafat beliau menuai cawan syahadah pada 3 Jumadil Akhir tahun 11 H/632 M di Madinah. Jasad suci Fatimah sa atas wasiatnya sendiri dimakamkan di malam hari secara sembunyi-sembunyi dan kuburannya sampai sekarang tidak pernah terungkap.

Surah Al-Kautsar, Ayat Tathir, Ayat Mawaddah dan Ayat Ith’am serta sejumlah hadis seperti Hadis Bidh’ah dan Hadis Laulaka semuanya berkisar mengenai keutamaan yang dimiliki Sayidah Fatimah sa.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi saw memperkenalkan Fatimah sa sebagai sebaik-baik wanita di dua alam dan diyakini bahwa kemurkaan dan keridhaannya adalah kemurkaan dan keridhaan Allah.

Tasbih Fatimah Zahra sa adalah bacaan tasbih yang telah diajarkan Nabi Muhammad saw kepada putrinya tersebut, demikian pula Mushaf Fatimah adalah kitab yang memuat perkataan-perkataan Malaikat utusan Allah yang diilhamkan kepada Sayidah Fatimah sa dan ditulis oleh Imam Ali as. Mushaf tersebut berada di tangan Imam-Imam maksum as secara bergiliran dan sekarang berada di tangan Imam al-Mahdi as.

Umat Islam Syiah menjadikan Sayidah Fatimah sa sebagai tokoh teladan dan mereka mengadakan majelis-majelis duka pada peringatan haul kesyahidannya yang dikenal dengan Ayyam Fatimiyah (hari-hari Fatimiyah).

Menurut kesepakatan para ahli sejarah, Fatimah sa dilahirkan di Mekah di rumah Khadijah sa di gang Attharin dan gang al-Hajar di dekat tempat sa’i.


Kelahiran dan Masa Kecil

Menurut pandangan yang masyhur di kalangan Syiah, Sayidah Fatimah sa lahir pada tahun ke-5 Bi’tsah yang terkenal dengan Tahun Ahqafiyah (tahun turunnya Surah Al-Ahqaf). Sementara Syaikh al-Mufid dan al-Kaf’ami meyakini bahwa tahun ke-2 Bi’tsah sebagai tahun kelahiran Sayidah Fatimah. Tapi, pendapat yang populer di antara ulama Ahlusunah menyebutkan bahwa Sayidah Fatimah lahir lima tahun sebelum Bi’tsah. Berdasarkan sumber-sumber sejarah Syiah, beliau lahir pada tanggal 20 Jumadil Akhir.

Kurangnya laporan sejarah yang mendetail tentang masa kanak-kanak dan remaja Fatimah sa membuat sulit untuk mengenal kehidupannya. Berdasarkan laporan-laporan sejarah, setelah dakwah Nabi saw dimulai secara terang-terangan, Fatimah sa menyaksikan beberapa kekerasan-kekerasan orang-orang musyrik kepada ayahandanya. Selain itu, tiga tahun dari masa kanak-kanak Fatimah sa dilalui di dalam Syi’ib Abi Thalib di bawah tekanan-tekanan ekonomi dan sosial kaum musyrikin terhadap Bani Hasyim dan para pengikut Nabi saw.

Pada masa kanak-kanak, Fatimah sa juga mengalami kehilangan ibunya Khadijah dan Abu Thalib (paman yang berperan sebagai pelindung utama ayahnya).

Beberapa peristiwa penting lainnya yang terjadi selama kanak-kanaknya Sayidah Zahra sa termasuk Keputusan Quraisy untuk membunuh ayahandanya Nabi saw sehingga menyebabkan beliau keluar di malam hari dari Mekah dan hijrah ke Madinah, dan akhirnya Fatimah sa pun turut ke Madinah bersama Ali as dan sebagian wanita.


Pinangan dan Pernikahan

Banyak orang yang melamar Sayidah Fatimah az-Zahra, tetapi pada akhirnya beliau menikah dengan Imam Ali as. Setelah pemerintahan Islam dibentuk atas pimpinan Nabi saw di Madinah, Fatimah sa mendapatkan penghormatan dan kedudukan istimewa di kalangan kaum Muslimin. Selain itu, segala kecintaan Nabi Muhammad saw tercurah pada Fatimah sa. Dan karakteristiknya dibanding kaum wanita pada zamannya, menarik simpati sebagian kaum muslimin untuk menikah dengan putri Nabi saw. Banyak kalangan dari pembesar Quraisy yang lebih dahulu memeluk Islam dibanding orang lain atau mempunyai kekuatan finansial yang baik mencoba meminang Fatimah sa.Imam Ali as, Abu Bakar, Umar dan Abdurrahman bin Auf termasuk diantara orang-orang yang meminang Fatimah sa. Semua peminang selain Ali as ditolak oleh Nabi saw. Nabi saw dalam menjawab mereka berkata:

“Pernikahan Fatimah adalah urusan langit dan membutuhkan keputusan dan hukum Tuhan”.

Karena Ali as memiliki hubungan keluarga dengan Nabi saw dan menyaksikan dari dekat karakteristik akhlak dan agama Fatimah sa, maka ia sangat mendambakan dapat menikah dengan Fatimah. Namun, ahli sejarah menuturkan bahwa Ali as tidak memperkenankan dirinya untuk meminang putri Nabi saw. Sa’ad bin Mu’adz menyampaikan masalah ini pada Nabi saw dan ia menyetujui lamaran Ali as serta menjelaskan keinginan Ali as, ciri-ciri perilaku dan keutamaannya kepada Fatimah sa yang disambut dengan senang hati olehnya.

Ali as sebagaimana Muhajirin Madinah yang lain, pada bulan-bulan awal setelah hijrah tidak memiliki kondisi ekonomi yang baik dan menghadapi kesulitan untuk membayar mas kawin yang telah disepakati . Oleh karenanya, atas saran dan nasehat Nabi saw, ia menjual atau mengadaikan baju perangnya untuk mahar Sayidah Fatimah. Acara akad pernikahan Ali as dan Fatimah sa dilangsungkan di masjid dan dihadiri oleh kaum muslimin. Terkait tahun acara akad nikahnya terdapat perbedaan pendapat. Mayoritas sumber menyebutkan tahun ke-2 H/623M. Resepsi pernikahannya diselenggarakan setelah Perang Badar pada bulan Syawal atau Dzulhijjah tahun ke-2 H/623.


Hidup Bersama Ali Karomallohu Wajhah

Dalam berbagai keterangan sejarah dan riwayat disebutkan bahwa Fatimah sa sangat mencintai Ali as dalam kondisi apapun, bahkan menyatakan di depan Nabi saw bahwa Ali as adalah sebaik-sebaik teman dan suami. Penghormatan kepada Imam Ali as juga menunjukkan keagungan karakteristik Sayidah Fatimah sa. Disebutkan bahwa Sayidah Fatimah sa memanggil Imam Ali as di dalam rumah dengan kata cinta dan di tengah-tengah masyarakat dengan panggilan Abal Hasan. Dalam beberapa catatan dimuat bahwa Fatimah sa di dalam rumah memakai wewangian dan perhiasannya untuk Imam Ali as dan terkadang menginfakkan kalung dan anting perhiasannya (kepada orang yang membutuhkan).

Periode awal kehidupan Fatimah sa dan Ali as disertai dengan kesulitan ekonomi hingga terkadang mereka tidak mendapatkan makanan yang dapat mengenyangkan Hasan dan Husain. Namun demikian, Fatimah sa tidak protes atas kondisi yang ada dan bahkan untuk membantu suaminya dalam mencari nafkah, beliau memintal wol.

Fatimah sa menginginkan pekerjaan-pekerjaan rumahnya dia lakukan sendiri dan menyerahkan pekerjaan luar rumah kepada Ali as. Ketika Rasulullah saw mengutus seorang pembantu bernama Fiddhah ke rumah Fatimah sa dan pekerjaan yang ada dalam rumah tidak dibebankan seluruhnya kepada Fiddhah, akan tetapi separuh pekerjaan rumah dia lakukan sendiri dan separuhnya lagi dia serahkan kepada Fiddhah. Berdasarkan sebagian laporan, atas saran Fatimah sa, satu hari Fiddhah bekerja di rumah dan di hari lain Fatimah sendiri yang membereskan pekerjaan rumah. Literatur Syiah dan Ahlusunah sepakat bahwa Imam Hasan, Imam Husain, Zainab dan Ummu Kultsum adalah empat putra-putri Fatimah sa dan Ali as.


Peristiwa di Akhir Kehidupan

Beberapa bulan di akhir kehidupan Fatimah as terjadi peristiwa yang menyakitkannya. Para sejarawan menyebutkan bahwa pada masa-masa ini tak seorang pun menyaksikan bahwa dia pernah tersenyum pasca meninggalnya Ayahanda Rasulullah. Setelah kejadian ini, Fatimah sa terbaring sakit dan tak lama setelah itu, ia mereguk cawan syahadah.

Kehidupan Fatimah Az-Zahra

Fatimah sa berwasiat kepada Imam Ali as agar pemakamannya dilaksanakan di malam hari. Menurut pandapat yang masyhur, Sayidah Fatimah sa syahid pada tanggal 3 Jumadil Akhir tahun 11 H/632 di Madinah.

Jasad suci Sayidah Fatimah sa diusung dengan keranda yang dibuat atas permohonannya dan dikuburkan secara sembunyi-sembunyi yang menyebabkan tempat pemakaman Sayidah Fatimah sa terahasiakan dari khalayak dan kuburannya tidak pernah terungkap.

Banyak keutamaan Sayidah Zahra sa yang disebutkan dalam sumber-sumber riwayat, tafsir dan sejarah Syiah dan Ahlusunah. Sebagian keutamaan-keutamaan itu didasarkan pada Alquran seperti ayat Tathir dan ayat Mubahalah. Dalam keutamaan-keutamaan seperti ini, asbab nuzulnya ayat-ayat tersebut berkenaan dengan Ahlulbait Nabi saw, dimana Fatimah sa adalah salah seorang diantara mereka. Serentetan keutamaan-keutamaan lain juga disebutkan dalam beberapa riwayat. [wikishia.net]


Daftar Pustaka

  1. Abu al-Futuh Razi, Husain bin Ali. Raudhu al-Jinān wa Rauhu al- Janān fī Tafsīr al-Qur’ān. Riset Muhammad Jakfar Yahaqqi dan Muhammad Mahdi Nashih. Masyhad: Astan-e Quds-e Razavi, 1417 H.
  2. Abu as-Su’ud, Muhammad bin Muhammad ‘Imadi. Irsyād al-‘Aql as-Salīm ilā Mazāyā al-Qur’ān al-Karīm. Beirut: Daru Ihya’ al-Turats al-‘Arabi.
  3. Ahmad bin Hanbal.Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar ash-Shadir.
  4. ‘Alimi, Sayid Ali Ridha. Asy’ār Fathimah sa: Ensiklopedia Fathimi. Tehran: Entesyarat-e Pazuhesygah-e Farhang wa Andisyeh-ye Islami, 1393 HS (2015).
  5. ‘Amili, Sayid Ja’far Murtadha. Ranjhā-ye hazrat Zahra sa. Diterjemahkan oleh Muhammad Sepehri. Qom. Entesyarat-e Tahdzib, 1382 HS (2004).
  6. Askari, Murtadha. Tsaqīfah: Barresi Nahwe-ye Syiklgīri-ye Hukūmat paz az Payāmbar. Riset Mahdi Dasyti. Qom: Danesygah-e Ushul-e Din, 1387 HS(2009).
  7. Asqalani, Ibnu Hajar. Tahdzīb at- Tahdzīb. Beirut: Dar al-Fikr, 1404 H.
  8. Āyā Zan Musalmon-e Imruzī Mitawonad az Hazrat-e Zahrā' sa Ulgū Begīrad (Apakah wanita Muslim sekarang bisa meneladani Sayidah Zahra' sa). Situs Mehr Khane.
  9. https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/sejarah-2/14-manusia-suci/biografi-singkat-fatimah-az-zahra-sa/
elzeno
elzeno Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
إرسال تعليق
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan