Pengertian dan Dalil Iman Kepada Rosul Alloh SWT

"Rukun Iman Keempat: Iman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT"

House Shine 1 menit baca

Pengertian Iman Kepada Rasul Allah

Iman Kepada Rosul Alloh yaitu mengimani para rasul, manusia yang diberi wahyu berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Yang pertama adalah Nabi Nuh dan yang terakhirnya adalah Nabi Muhammad. Allah berfirman,
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS an Nisa: 163).

Iman kepada para rasul mencakup empat hal:
  1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah
  2. Mengimani nama-nama mereka yang diketahui seperti Muhammad, Nuh, Ibrahim, dan lainnya. Adapun yang tidak diketahui namanya kita imani secara global
  3. Membenarkan khabar yang benar dari mereka
  4. Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu nabi yang terakhir, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, yang diutus untuk seluruh manusia. Allah berfirman,
    فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
    “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an Nisa: 65).

Baca juga :
House Shine
House Shine Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.
Posting Komentar
Cari ...
Menu
Tampilan
Bagikan